
Bagai pungguk merindukan bulan, sebuah kalimat yang mewakili perasaan, atau lebih tepatnya tentang perjuangan?
Adakah ini ketidakmungkinan yang berpasrah pada keadaan? Atau justru menjadi kenyataan buah dari keajaiban suatu saat nanti?
Entahlah….
Aku melihatmu dari posisi yang teramat bawah, memandang indah yang berada di atas sana, melantunkan lagu syahdu penuh kekaguman.
Namun jaraknya begitu jauh, strata seolah membentang luas, menjadi syarat untuk menghempaskan cinta menjadi mimpi belaka.
Aku dengan kondisiku, dan kamu dengan segala keberadaanmu, perbedaan dari dua insan yang teramat mencolok.
Siapa aku jika tiba-tiba hadir dalam hidupmu, begitu asing, beda, dan mungkin tidak bisa dikatakan pelengkap jiwa
Merenung pada syarat teramat berat bagi insan yang sampai sekarang belum punya apa-apa, kecuali cinta yang bertumbuh semakin berdecak kagum padanya.
Adakah indah nantinya kalau saja hanya berbekal cinta? Bagaimana nanti ketika perjalanan panjangnya? Adakah cinta bisa mengisi perut yang lapar? Meneduhkan tangis sakit akan ketidak berdayaan? Dan memenuhi keinginan untuk memiliki perhiasan dunia? Dan pula hal lainnya?
Atau mungkin itu adalah isyarat bagimu tentang sebuah perjuangan? Menapaki tangga perlahan hingga menuju puncak teratasnya? Yang berarti setiap langkahnya akan ada air mata, keprihatinan akan nasib, dan pula sakitnya jatuh dari perjalanan.Benarkah?
Benarkah ini aku yang merindu pada bulan? Berusaha pada keyakinan untuk nantinya bersanding mesra denganmu? Suatu saat nanti dengan penuh harap?
Atau justru kebalikannya? Sebuah hal sia-sia yang ternyata bulan yang teramat aku cinta telah menaruh hati pada sosok lainnya
Ini tentang seseorang yg mendamba orang lain, namun terhalang status sosial...?
BalasHapusTulisan bagus
Mungkin bulan harus peka kalau ternyata ada yang memperhatikannya selama ini, atau sebaliknya.
BalasHapusMenyatakannya pada bulan sepertinya lebih baik. Walaupun jawabannya belum tentu iya. Tetapi tidak juga merupakan jawaban bukan?
Semangat!
Keren tulisannya!