Teruntuk hari-hari bahagia yang saya lalui, dan kepadanya saya bersyukur karena masih diberi waktu untuk menikmati indahnya berbagai hal, utamanya tentang sebuah kesempatan.
Berawal dari sebuah keputusan
Memilih untuk akhirnya berada di sini, kalau memandang hasil memang tidak serumit proses. Kesampingkan bagaimana negoisasi yang dilakukan, dan berfokus tepat pada waktu-waktu kritis menuju keberangkatan.
Pada malam di mana saya meyakinkan diri untuk melangkah, pada saat itu pula ujian datang, Ayah saya masuk RS tepat dihari keberangkatan, tensinya tinggi sehingga berakibat pada kesehatannya.
Sempat berniat untuk membatalkan perjalanan, namun orang tua justru mensupport untuk terus melanjutkan. Dan pada subuh hari dimana saya datang memohon pamit, pada saat itu pula sejujurnya saya tak mampu menahan air mata.
Maka pada hari-hari setelahnya, saya sempat berbalas pesan singkat yang intinya membahas tentang kesehatan, jikalau memang masih kurang sehat, maka tidak masalah untuk tidak hadir pada hari wisuda.
Lantas di mana letak bahagianya? Kebahagiaannya terletak di saat keduanya justru menyempatkan hadir dengan menahan sakit, meski hanya sebentar namun terasa begitu amat indah.
Lalu bagaimana dengan hari bahagia lainnya?
Saya menghabiskan tiap waktu yang tersisa untuk bertemu dengan orang-orang hebat, berdiskusi tentang sebuah harapan, masa depan yang diinginkan, dan sedikit curhat terkait masalah yang dihadapi.
Banyak solusi yang diberikan, pandangan lain yang menjadi input positif, dan pula menggali rahasia dari masing-masing orang. Terutama rahasia mengenai siapa orang yang dikaguminya, dan juga tentang kapan dia akan menyempurnakan setengah agamanya.
Bahagianya adalah tentang bagaimana mencoba jujur akan diri, bercerita tanpa memhobongi, serta mempercayai setiap detail yang diucapkan. Begitupun tentang belajar untuk menjadi pendengar setia yang berusaha tidak lelah mendengarkan.
Perihal kebahagiaan lainnya
Namanya jarak, saya coba membuatnya tidak berspasi jauh untuk saat ini, sehingga coba dekat adalah caranya. Mencari-cari waktu untuk dapat bertemu dengan mereka yang sejujurnya amat saya rindukan, tentang siapa itu, tak harus melulu saya sebutkan.
Coba menghadirkan pribadi-pribadi yang sekarang sedang meniti jalannya masing-masing. Mencoba dan terus mencoba, hingga batas yang menurut saya tak bisa terlampaui sebagai manusia. Pada kondisi ini, semoga doa dapat kembali menyatukan hati-hati kita kelak.
Lantas di mana kebahagiannya? Justru ini bukan lagi perkara jumlah yang hadir, namun bagaimana memaksimalkan waktu sebaik mungkin untuk mereka yang datang, berbagi kisah, menyampaikan kesan, berterima kasih akan kehadiran, dan pula tentunya coba kembali merekatkan kebersamaan.
Untuk mereka yang belum sempat hadir, saya percaya mereka sedang bermanfaat di tempat lain, serta biarkan waktu yang menyatukan kita kelak. Seminimal mendengarkan kabar kalian baik-baik saja adalah suatu kebahagiaan bagi saya, apalagi kalau kita bisa bertemu langsung, akan lebih bahagia.
Terakhir untuk kebahagiaan lainnya yang dilakukan pada waktu-waktu luang
Saya bingung awalnya harus melakukan apa, disaat kesendirian justru menjadi teman setia pada hari-hari di sini. Jadinya saya memilih untuk menggapai beberapa hal yang sulit saya lakukan di kampung halaman.
Semisal menyelesaikan misi di game Pokemon Go, bermain dari pagi hingga menjelang malam hari di dekat Perpustakaan Pusat UI. Menangkap beberapa pokemon langka, dan juga berhasil menyelesaikan beberapa misi spesial.
Selain itu, saya coba untuk banyak membaca buku, belajar bahasa inggris dengan memberanikan membuka situs berbahasa inggris tanpa terjemahan dan juga menonton video pidato inggris di Youtube. Saya coba meraih apa yang dulu pernah ada, untuk sekarang saya masih berantakan, namun ke depan saya coba berkomitmen diri untuk mahir urusan ini.
Dan juga kebahagiaan lainnya tentang berusaha berterima kasih kepada banyak orang, yang berjasa kepada proses perjuangan ini. Kalian luar biasa
Posting Komentar