Tulisan ini mungkin akan menjadi cukup panjang, faktor pertama dikarenakan sudah lama belum update tulisan, dan faktor kedua adalah penulis sengaja memanjangkan ceritanya, jadi mohon bersabar
Pertama tentang saya harus pulang
Cerita ini berawal dari kegalauan diri hasil dari akumulasi tuntutan, tanggungjawab, dan sebuah harapan, hingga akhirnya terlahirlah sebuah tujuan. Bahwa saya harus balik, perihal ini haruslah diselesaikan dengan tatap mata, dan didiskusikan langsung dengan menghadirkan raga sebagai upaya mencari jalan terbaik.
Maka pada komitmen, saya memilih jalan ini, walau belum sempat undur diri dengan banyak orang, namun setidaknya perihal janji dari berbagai konfirmasi katanya sudah terpenuhi. Alhamdulillah, yang berarti jalan untuk balik setidaknya selangkah lebih dimudahkan.
Pada hari di mana akhirnya saya melangkah, tertulis sebuah harapan, adalah semoga Tuhan mudahkan langkah untuk kembali dipertemukan, mungkin dalam waktu dekat, atau mungkin nanti dalam suasana yang tidak pernah terbayangkan, skenario yang disiapkan Tuhan dalam bingkai keindahan, semoga.
Kedua tentang Kebermanfaatan
Sesaat turun dari pesawat, hal yang terlintas dalam pikiran adalah tentang apa yang harus saya lakukan di kampung halaman. Mungkin bahasanya adalah kebermanfaatan, tentang bagaimana lingkup kontribusi apa yang dapat saya berikan, curahkan, dan tertuang indah menjadi bagian dari jejak yang nantinya dapat ditinggalkan dan dikenang. Sederhananya adalah tentang apa yang dapat saya berikan bagi kampung halaman tercinta.
Teringat tentang kejadian tahun lalu, saat sebuah kalimat sederhana mampu merubah cara pandang beserta ingin saya. Sebuah kalimat ajakan, saya memaknainya demikian, kurang lebih seperti ini isinya “nanti bantuin di Pekan Kebudayaan Aceh ya”.
Terlontar pada tahun 2017, menjadi bayang-bayang yang segera menggetarkan hati. Entah bagaimana itu seperti bercampur menjadi keinginan yang harus diwujudkan, bersatu padu hingga akhirnya mengiringi perjalanan panjang ke tempat ini.
Namun hal yang menjadi tanda tanya besar adalah tentang kalimat ajakan yang tidaklah mengikat, tidak pula menasbihkan diri bahwa tawaran itu akan menjadi realisasi.
Yang berarti saya kembali ke sini, dengan sebuah kekosongan. Dan pola itu berlanjut untuk beberapa hari ke depan, dalam sabar saya sempat bertanya, tentang mengapa Tuhan begitu meneguhkan hati ini untuk kembali, tanpa dia menyuguhkan sebuah keindahan? Tanya pada saat itu, masa di mana kebodohan menyelimuti.
“Kessa, kamu bantu di PKA ya, jadi Koordinator” sebuah kalimat yang akhirnya menjawab keraguan. Sekaligus memukul telak diri, Tuhan hadirkan Skenario Indah, mengapa kamu tidak berusaha sebaik mungkin dan hanya butuh satu hal lain, yaitu bersabar.
Sekedar informasi, PKA (Pekan Kebudayaan Aceh) merupakan acara terbesar di Aceh yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Menampilkan budaya dari setiap kabupaten/ kota di Aceh, dikemas dalam sebuah tema, dan tahun ini merupakan acara ke tujuh dengan tema "Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat"
Adalah sebuah tawaran besar jika ini diambil dan sangat disayangkan jika dilewatkan begitu saja....
Saya banyak belajar bagaimana akhirnya menyulap ruangan kosong menjadi indah, menata cahaya lampu hingga mampu menghadirkan nuansa dari barang-barang yang ada, dan juga tentang bagaimana menghadirkan iklim yang mampu memotivasi semuanya untuk terus bekerjasama sebagai sebuah tim.
Hasilnya.....
Jadi konsepnya dibuat ruangan menjadi gelap sehingga fokus pada warna yang dihasilkan oleh objek perhiasan dan kain dari Aceh. Kuy datang dan lihat ya di Museum Aceh, dan Museum Tsunami
Perihal ketiga adalah tentang umur
Hari ini tepat saya berulang tahun, jangan tanyakan umur ke berapa, setidaknya masih dalam kategori yang muda. Jika dideskripsikan, 10 Agustus adalah sesuatu yang keren menurut saya, angka yang menandakan kesempurnaan dan juga hitung mundur 7 hari menyongsong kemerdekan RI.
Hari ini juga sebagai penanda kepada saya tentang tanggungjawab, maka apa yang sudah dilakukan selama beberapa tahun kebelakang tentu akan menjadi kadar pertimbangan di hari akhir nanti. Serta pula tentang sisa waktu, seandainya hitung mundur, ntah bilangan ke beberapa lagi dari sisa hidup yang harus saya jalani. Kalaupun dapat terlihat oleh mata, sungguh waktu dari yang tersisa semakin menandakan bahwa sudah tidak akan lama lagi di dunia.
Saya juga selalu bersyukur, bagaimana saya dilahirkan dalam keluarga yang penuh perjuangan. Kedua orang tua adalah kebanggaan dan idola saya, bagaimana mereka mengajarkan perjalanan hidup yang amat berharga. Mereka mengawali cerita dari Nol, seorang Ayah yang rela menjadi penarik angkot hingga kerja serabutan. Saya masih ingat kenangan itu, di mana setiap hari minggu saya ikut serta, Ayah yang menarik angkot, saya yang menarik uang dari penumpang.
Serta berbagai hal lainnya yang mereka perlihatkan, mengajari saya tentang arti perjuangan untuk akhirnya saya berkomitmen untuk memilih yang mau berjuang bersama suatu saat nanti.
dan juga terima kasih, untuk banyak orang yang telah hadir, memberikan masukan, membersamai perjalanan, serta pula selalu mendoakan. Kalian adalah bagian terindah dari rentang kisah perjalanan ini, dan semoga kebaikan selalu menyertai.
Sekali lagi ini skenario Tuhan, seandainya tidak diteguhkan hati untuk pulang, mungkin tidak akan pernah ada namanya kontribusi di PKA, dan pula tentang indahnya Ulang Tahun di kampung halaman.
Sekali lagi ini skenario Tuhan, seandainya tidak diteguhkan hati untuk pulang, mungkin tidak akan pernah ada namanya kontribusi di PKA, dan pula tentang indahnya Ulang Tahun di kampung halaman.
Posting Komentar