Via KPK Sehat |
Bagi saya setidaknya ada dua alasan mengapa akhirnya saya memutuskan untuk ikutan acara ini. Pertama judulnya yang penuh dengan tanda tanya, kenapa akhirnya dipenggal-penggal dan yang kedua adalah narasumbernya, kenapa narasumbernya? Karena narasumber yang hadir adalah mereka yang masih aktif sebagai perokok.
Apresiasi terbesar tentunya kepada KPKSehat yang diumur mudanya sebagai sebuah kepengurusan, sudah berani untuk mengangkat bahasan yang menurut saya sangatlah sensitif. Membahas R(OK)OK yang penuh dengan berbagai pro-kontra serta bumbu dinamika yang terjadi saat ini, dan mengangkatnya dari sudut mereka yang masih aktif sebagai perokok.
Beberapa hal yang akhirnya bisa saya simpulkan dari mereka yang menjadi narasumber pada diskusi ini, tentang awal mula mereka menjadikan rokok sebagai teman hidup adalah karena faktor lingkungan. Daerah sekitar yang mendukung dan menciptakan ruang untuk akhirnya mereka terlibat dalam aktivitas ini.
Hal ini sejalan pula dengan teori yang dinyatakan Hendrik L Blum, bahwa lingkungan menjadi faktor penyebab terbesar untuk akhirnya membentuk seseorang. Jika dikaitkan dengan kisah narasumber, mereka sama-sama awalnya menolak rokok karena memang efek tidak baik untuk kesehatan, namun akhirnya menerima rokok sebagai bagian dari gaya hidup yang disebabkan oleh adanya dorongan lingkungan.
Pernyataan lain tentang rokok sebagai sarana rileks diri dan juga jeda dalam kehidupan menjadikan arti tersendiri mengapa akhirnya rokok menjadi salah satu bagian dari hidup mereka. Namun pernyataan menarik juga dari salah satu narasumber bahwa rokok juga dapat dia hentikan jika dia mau, dan beberapa kali juga sudah melakukannya. Hal ini sebagai simpulan bahwa kalau memang niat, maka untuk berhenti bukan menjadi alasan yang sulit.
Diskusi juga mengarah terkait pendapat mereka tentang bagaimana pandangan narasumber terkait gerakan penolakan terhadap rokok. Semuanya sependapat bahwa tidak ada masalah terkait pro-kontra yang terjadi terkait rokok, asalkan dapat menghadirkan solusi terbaik bagi semuanya.
Hal yang paling disoroti adalah mengenai diskriminasi hak-hak bagi perokok. Mereka menggambarkan tentang kejadian yang mereka alami, diantaranya ketika ada yang pura-pura batuk, diceramahin ibu-ibu, sampai ada yang memberikan kode-kode unik lainnya. Semua narasumber berpendapat bahwa, jika mereka salah, silahkan diingatkan baik-baik. Kalau memang juga tidak ada larangan merokok di tempat mereka berada pada saat itu, mereka juga tidak bisa disalahkan untuk aktivitas yang mereka lakukan.
Di satu sisi memang merokok itu sangat membahayakan, namun jangan sampai sikap orang-orang yang membenci rokok justru mengarah kepada tindakan diskriminatif terhadap perokok. Perokok adalah orang yang perlu diingatkan dan ditegur jika mereka memang salah, bukan justru di judge. Penyediaan tempat khusus merokok, dan juga rehabilitasi bagi mereka yang pecandu rokok adalah solusi yang coba mereka tawarkan dalam diskusi.
Di satu sisi memang merokok itu sangat membahayakan, namun jangan sampai sikap orang-orang yang membenci rokok justru mengarah kepada tindakan diskriminatif terhadap perokok. Perokok adalah orang yang perlu diingatkan dan ditegur jika mereka memang salah, bukan justru di judge. Penyediaan tempat khusus merokok, dan juga rehabilitasi bagi mereka yang pecandu rokok adalah solusi yang coba mereka tawarkan dalam diskusi.
Bagi saya yang sangat kontra akan rokok, apalagi semenjak salah satu keluarga menjadi keganasan akibat rokok. Diskusi ini menurut saya menjadi sebuah jalan dan titik terang yang baik bagi semuanya. Sekaligus menegaskan bahwa yang dibenci bukan orangnya namun rokoknya, dan juga mereka adalah bagian dari kita juga yang artinya mereka perlu diingatkan jika salah, bukan justru bertindak diskriminatif.
Foto terakhir bonus, dan jangan terlalu fokus. Maaf kalau buram, itu menandakan bahwa kamera agak sulit menerima cahaya yang begitu amat terang dari objek. Dan jangan salah paham, objek yang dimaksud adalah latar pantai dibagian belakang
Posting Komentar